Syarat Diberlakukannya Hukum Allah Di Bumi

Ada pihak-pihak yang sangat menginginkan diberlakukannya hukum-hukum Islam di negara Indonesia. Apakah hal ini mungkin dilakukan?

Jawabannya adalah sangat mungkin dan pasti bisa, asalkan syarat yang ada harus terpenuhi.

Dimasa awal dakwahnya, para Rasulullah tidak serta merta memberlakukan hukum Allah dan meniadakan hukum buatan manusia. Bukan karena mereka tidak mau, namun karena mereka belum mampu untuk hal itu, selain karena mereka belum mempunyai kekuasaan, juga karena mereka masih berdosa, tidak patut seorang berdosa menghukum pendosa lainnya. Dimasa awal dakwah yang selalu para Rasulullah dari masa ke masa lakukan adalah mencari kader-kader untuk disucikan dari dosa dan membangun kekuasaan di bawah naungan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu sistem hukum baru dapat diberlakukan jikalau sang penegak sistem hukum itulah yang sedang berkuasa. Artinya, jika para Rasulullah ingin menegakkan hukum Allah di muka Bumi, maka Allah harus berkuasa dengan para Rasulullah dan para sahabat sebagai perantara-Nya (Khalifatullah) yang telah Dia sucikan dari dosa. Dan sebelum Rasulullah menjadi Khalifatullah, selalu ada proses yang menyertai kejadiannya.
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al An'aam (6)/165)
Dari sedikit penjabaran di atas, berarti sistem hukum Allah tidaklah selalu dapat berlaku di sepanjang masa. Sebagai contohnya, pada masa awal perjuangan, Muhammad dan para sahabat (MUKMIN) tidaklah berperang, karena pada masa ini adalah masa dimana Muhammad 'bekerja membangun pasukan' (masa ini kitab tentang peperangan tidak berlaku). Namun setelah Muhammad dan para sahabat hijrah, mereka mulai mengadakan ekspansi (masa ini kitab tentang peperangan dapat berlaku, karena mereka sudah mempunyai teritori, mereka sudah mempunyai kekuasaan). Setelah Muhammad dan para sahabatnya telah memperoleh kekemenangan atas orang-orang kafir sehingga orang-orang kafir menjadi MUSLIM (orang yang tunduk patuh; orang yang kalah perang;), maka kitab tentang peperangan itu akan tidak berlaku kembali. Hal tersebut dikarenakan hukum bangsa-bangsa sudah tunduk patuh pada hukum Allah yang diamanatkan-Nya kapada Muhammad dan para sahabatnya. Jadi pada masa itu sudah tidak ada lagi yang harus diperangi (kecuali memerangi setan dalam diri sendiri).

Contoh lain adalah kisah Yesus putra Maryam ketika ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melakukan tipu daya terhadapnya. Kisah tersebut terjabar dalam Yohanes 8:3 - 11:
3. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepadanya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
4. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabbi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
5. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari (rajam) perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
6. Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkannya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jarinya di tanah.
7. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepadanya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8. Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
9. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
10. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
11. Jawabnya: "Tidak ada, Tu[h]an." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
 

Maka, jika ingin hukum Allah dapat berlaku di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya, kita harus berjuang membangun kekuasaan, berjuang membangun kerajaan Allah yang jika mau jujur sudah lama runtuh dengan menyerah sepenuhnya Al Andalus (Andalusia) kepada Los Reyes Catolicos (Kerajaan Katolik Spanyol) yang dipimpin oleh Fernando II dari Aragon dan Isabel I dari Kastilia.

Dan perlu disadari dan dipahami, dakwah seorang Rasulullah bukanlah membayangkan seorang pendakwah agama yang selalu bervisi ke kehidupan akhirat; kehidupan alam setelah kematian. Tugas Rasulullah dan segenap hawariyyunnya adalah menegakkan Hukum Allah di muka bumi pada saat mereka masih hidup. Visi dan misi Rasulullah beserta komunitasnya adalah menghimpun manusia-manusia yang sudah disucikan (baptis/mitsaq/janji) ke dalam suatu komunitas yang akan menjadi aparatur dari Kerajaan atau Kekuasaan Allah di atas bumi. Dan itulah bentuk akhir[at] dari dakwah Rasulullah dan sahabatnya, yakni menjadi hakim yang [ratu]adil bagi segenap manusia, menjadi imam[mahdi] yang memandu segenap manusia menuju surga (Jerusalem/Darussalam/next Nusantara), menjadi khalifatullah, menjadi rahmatan lil 'alamin kembali kepada fitrah manusia diciptakan.

At Last, Global Warming Hanyalah Propaganda Global

Global Warming (GW) sebenarnya merupakan sebuah siklus periodik yang terus menerus dialami Bumi. Dengan ataupun tanpa campur tangan manusia, siklus itu tetap akan terjadi. GW adalah awal dari akan terjadinya kembali zaman es. Jadi GW bukan sepenuhnya ulah manusia, namun karena peningkatan suhu rata-rata Bumi yang mempengaruhi suhu air laut, sehingga laut menghasilkan CO2 lebih banyak 30% dari kadar normalnya. Suhu rata-rata Bumi yang saat ini meningkat karena terpengaruh gaya magnetik dan gravitasi dari sebuah planet yang oleh para ilmuwan dinamakan Planet X yang semakin mendekati planet Bumi. Masa orbit Planet X ini hingga kembali mendekati Bumi adalah 11.500 tahun. Itu berarti zaman es adalah sebuah zaman yang berulang secara periodik setiap 11.500 tahun, bukan hanya sekali sepanjang sejarah seperti yang dipropagandakan di sekolah-sekolah formal, namun sudah berlangsung bahkan sudah ratusan kali. Dan zaman inilah yang sudah memusnahkan banyak peradaban manusia dari zaman ke zaman.

Selain itu, semakin mendekatnya Planet X juga akan menimbulkan berbagai bencana dahsyat yang berkelanjutan hingga Bumi mengalami tatanan baru. Iklim dapat berubah drastis dan tak menentu, menyebabkan banyak lahan pertanian gagal produksi, dan itu baru awal dari kehancuran peradaban manusia dalam 10 milenium ini.

Lantas, kenapa media massa awal abad 19 hingga akhir abad 20 begitu gencar memberitakan bahwa manusia adalah dalang dari GW?

PROPAGANDA. Indonesia sendiri sebelumnya sudah meminjam dana sebesar 500 juta dollar AS untuk berpartisipasi dalam menangani persoalan GW.  Pinjaman dana tersebut berasal dari Agence Francaise de Development (AFD) sebesar 200 juta dollar AS dan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar 300 juta dollar AS. Kata Direktur Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Maurin Sitorus, sampai dengan tahun 2013 total PINJAMAN program perubahan iklim atau CCPL mencapai 1,9 miliar dollar AS. Dana tersebut berasal dari Perancis sebesar 800 juta dollar AS, Jepang 900 juta dollar AS, dan dari Bank Dunia senilai 200 juta dollar AS.

Menurut JICA dalam press releasenya, "Indonesia merupakan negara ke-4 setelah China, Amerika, dan Brasil, sebagai negara penyumbang CO2 terbesar. Oleh karena itu tampaknya Indonesia berhak atas pinjaman dana tersebut di atas."

Jika GW ini adalah masalah Bumi, lantas kenapa hanya beberapa negara saja yang menanggung(hutang)nya?


Sekali lagi, dengan ataupun tanpa campur tangan manusia, GW pasti akan tetap terjadi, zaman es pasti akan tetap terjadi. Itu berarti jutaan dollar uang pinjaman yang telah Indonesia gelontorkan untuk menghentikan GW hanyalah kesia-siaan, namun tidak untuk para 'donatur dana pinjaman'.

Selain menambah hutang, usaha Indonesia menghentikan GW juga telah membelenggu kemajuan bangsa atas kekayaan hutan yang seharusnya dapat digunakan untuk kemaslahatan rakyat. Hal ini berbanding terbalik dengan Australia yang semakin memperkuat dan memperluas lahan ternaknya, bahkan sekarang Indonesia sudah sukses mengimpor daging dari negeri Kanguru tersebut yang tidak menikmati 'nikmatnya' hutang luar negeri.

Dan hal yang paling diinginkan para penebar propaganda itu adalah, tanah kaya raya yang subur dan aman dari zaman es, dan tanah Ibu Pertiwi adalah satu diantara sedikit tanah yang aman dari zaman itu. Disaat tanah Eropa dan sebagian tanah Amerika tertutup es hingga bermeter-meter tebalnya, tanah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa adalah tanah surga yang tetap hangat. Disaat mayoritas tanah tidak mampu menumbuhkan tunas, tanah Indonesia akan senantiasa subur. Hal inilah yang membuat mereka (para penebar propaganda) semakin ingin melepas Pancasila dari leher Garuda, agar bangsa ini semakin berpecah belah dan lupa bahwa bangsa ini bersaudara. Mereka sangat ingin melepas pita kedamaian dari cengkeraman cakar Garuda, agar bangsa ini tak malu lagi menumpahkan darah antar saudaranya. Mereka begitu ingin mencengkeram, menyembelihnya, dan mencerabuti bulu-bulu emas Garuda untuk dijadikan persembahan bagi tuhan-tuhan mereka.

Di timur matahari mulai berjaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Seluruh pemuda Indonesia

Khurasan Akhir Zaman Adalah Indonesia

Oleh : Ust Dr. Fahmy Lukman

JAKARTA (kompasislam.com) – Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah ‘Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, “Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai bangsa ‘Arab bersatu. Bagaimana pendapat Anda?”


Beliau tersenyum. “Tidak begitu ya Ukhayya”, ujarnya lembut. “Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu.”

“Pada kurun awal”, lanjut beliau, “Allah memilih Bangsa ‘Arab. Dipimpin RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah ‘Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka.”

“Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah ‘Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak ‘Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia.”

“Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya.”

“Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk.”

“Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; ‘Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih.”

“Ketika Daulah ‘Aliyah ‘Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini.”

Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. “Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek”, katanya sedikit tertawa, “Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini.”

“Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para ‘Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah ‘Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah ‘Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke”, ujar beliau terkekeh.

“Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam.”

“Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaAllah.”

Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami..

Pancasila Dalam Candi Nusantara

  Sumber: Heru Mulyantoro


Nusantara dalam Lintasan Peradaban Dunia
Nusantara atau Indonesia Raya adalah bangsa besar yang memiliki sejarah panjang peradaban umat manusia. Kegemilangan nenek moyang membangun kejayaan tidak terlepas dari peran bangsa Nusantara secara geopolitik maupun geografis di belahan dunia timur ini. Nusantara secara harfiah berarti “nusa” yaitu pulau-pulau atau kepulauan dan “antara” menunjukkan tempat kedudukan yang diapit oleh benua-benua dan samudra-samudra. Pengertian dan faham “kepulauan” atau “archipelago” dan posisi geografis “antara” dua benua yaitu Asia dan Australia, serta samudra India dan Pasifik memantulkan kesadar­an dan semangat tentang tersatunya unsur tanah dan unsur air dalam perwujudan negara kepulauan. Nusantara adalah suatu negara kepulauan yang menduduki posisi silang dunia. Nusantara menjadi pintu masuk lintasan peradaban bangsa-bangsa di seluruh dunia sepanjang masa baik masa lalu, masa kini dan masa depan. Konsekuensi logis dari posisi strategis tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif bagi perkembangan kebudayaan di negeri tercinta ini. Bangsa ini telah mampu bertahan dari serangkaian interaksi kebudayaan bangsa-bangsa. Nusantara mampu memfilter perilaku hubungan simbiosis antar negara sehingga mewariskan ajaran universal luhur bagi generasinya. Leluhur bangsa telah menorehkan sejarah tinta emas peradaban pada jamannya.
Nusantara memiliki total wilayah darat dan laut kepulauan mencapai 10 juta kilometer persegi. Geografis ini sama dengan dua setengah juta kilometer persegi lebih luas dibanding tanah yang membentuk Amerika Serikat kontinental tanpa Alaska. Nusantara terdiri atas ribuan pulau-pulau yang disatukan oleh air. Gugusan pulau dari Aceh hingga Papua merupakan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tak ternilai harganya. Bangsa ini memiliki 400 lebih suku yang berbeda dan 200 bahasa daerah. Perbedaan ini menjadi sumber potensial untuk membangun bangsa adikuasa di dunia ini. Keanekaragaman sumber daya manusia menghasilkan keberagaman kebudayaan peradaban. Nusantara memiliki artefak dan jejak peradaban luar bisaa akan kehidupan masa lalunya. Peninggalan sejarah yang bersifat tangible maupun intangible ditemukan di seluruh penjuru bumi zamrud katulistiwa ini. Warisan leluhur kearifan lokal universal mewujud dalam bangunan sistem nilai maupun benda konkrit di lintasan tanah Indonesia. Salah satu manuskrip jejak peradaban yang menunjukkan kualitas spiritualitas manusia Nusantara adalah bangunan candi.
Candi sebagai Jejak Peradaban Nusantara
Candi adalah peninggalan purbakala dari leluhur bangsa Nusantara.Bangunan berbentuk segi tiga ini mempunyai banyak fungsi sesuai dengan motif pembangunannya. Candi dibangun untuk menjadi tanda atau misi tertentu serta bagian dari strategi pembelajaran bagi generasi berikutnya.Candi didirikan untuk fungsi religius pemujaan Tuhan maupun non-religius sebagai istana, keraton, pertirtaan dan gapura.Candi-candi menyampaikan pesan nilai-nilai universal melalui bentuk arsitektur, relief, serta arca yang memiliki spiritualitas daya cipta, rasa dan karsa.Bangunan candi sangat ditentukan oleh karakteristik wilayah maupun kerajaan yang mendirikannya.Nusantara ini memiliki banyak sekali candi-candi yang tersebar diseluruh pelosok negeri. Beberapa contoh karya leluhur yang masih dapat dilihat dengan jelas adalah candi Borobudur,candi Prambanan, candi Mendut, candi Jago, Candi Gedongsongo, candi Dieng, candi Panataran, candi Angin, candi Selogrio, candi Pringapus, candi Singhasari, dan candi Kidal, dan Candi Sewu. Masih banyak candi lain yang ada di Indonesia baik yang sudah ditemukan maupun yang masih tertimbun di dasar bumi.
Kontruksi bangunan candi memiliki nilai fisik maupun nilai filosofis. Struktur bangunan candi terdiri atas tiga bagian penting yaitu kaki, tubuh, dan atap. Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini melambangkan dunia bawah atau bhurloka atau kamadhatu. Bentuknya berupa bujur sangkar yang dilengkapi dengan jenjang pada salah satu sisinya. Bagian dasar candi ini sekaligus membentuk denahnya, dapat berbentuk persegi empat atau bujur sangkar. Tangga masuk candi terletak pada bagian ini. Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka atau rupadhatu yang menggambarkan dunia tempat manusia suci yang berupaya mencapai pencerahan dan kesempurnaan batiniah. Tubuh candi ini terdapat jalan selasar keliling untuk menghubungkan ruang-ruang ini sekaligus untuk melakukan ritual yang disebut pradakshina. Tubuh candi dihiasi relief yang bersifat naratif cerita kisah kehidupan. Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka atau arupadhatu. Pada puncak atap dimahkotai stupa, ratna, wajra, atau lingga semu. Struktur hirarkis dan sistematis ini merupakan manifestasi dari nilai kehidupan derajat manusia yang ditentukan oleh kemampuannya menapaktilasi perjalanan ilmu kehidaupan.
Pembangunan candi berlandaskan ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh arsitek yang membuat candi. Kitab-kitab ini juga memberikan pedoman mengenai pemilihan lokasi tempat candi akan dibangun serta letak astronomi. Penentuan lokasi ini menjadi hal utama untuk menciptakan kesejahteraan warga disekitar. Salah satu contoh konkrit pemikiran tersebut adalah candi Borobudur yang terletak di dekat pertemuan sungai Elo dan sungai Progo. Candi Prambanan terletak di dekat sungai Opak. Air adalah sumber utama kehidupan bagi manusia. Ilmu penentuan letak candi adalah bagian dari kecerdasan manusia-manusia Nusantara dalam dunia tata letak peradaban ilmu planologi.
Sistem tata letak candi di Nusantara terbagi atas dua macam yaitu berdiri sendiri dan berkelompok. Sistem pengelompokan kompleks candi ada dua yaitu sistem konsentris dan sistem berurutan. Sistem konsentria atau sistem gugusan terpusat yaitu posisi candi induk berada di tengah–tengah anak candi atau candi perwara.Sistem ini diterapkan dalam bangunan candi Prambanan dan candi Sewu. Yang kedua adalah sistem berurutan atau sistem gugusan linear berurutan yaitu posisi candi perwara berada di depan candi induk yang disusun secara simetris maupun asimentris. Sistem berurutan ini diimpelamntasikan dalam candi Penataran dan candi Sukuh. Tata letak ini merupakan kearifan lokal Nusantara yang mengindikasikan bahwa keteraturan dan pola interaksi hubungan dalam sebuah kerajaan sudah ada semenjak masa itu.
Nilai Universal Pancasila dalam Candi Nusantara
Candi-candi Nusantara merupakan bangunan penuh makna pelajaran dan simbolisasi kehidupan. Candi diciptakan mempunyai tujuan untuk memberikan transformasi dan transmisi pendidikan kepada generasi berikutnya. Tatanan batu andesit maupun batu bata serta relief dan arca yang membentuk candi menjadi media konkret nilai-nilai pendidikan humanis bagi manusia Nusantara. Perwujudan bangunan candi Borobudur dan Prambanan adalah suatu bukti penggenapan sistem nilai kehidupan adi luhung yang bermartabat pada waktu itu. Tidak mungkin candi terbesar di dunia Borobudur dibangun pada saat konflik maupun krisis multidimensi pada kehidupan masyarakat dinasi Syailendra tersebut. Ada sebuah sistem hidup dan kehidupan yang diterapkan pada waktu itu sehingga semua berjalan selaras dan serasi seimbang sehingga mampu menghasilkan mahakarya peradaban tingkat tinggi candi yang menjadi 7 keajaiban dunia tersebut.
Bangunan Borobudur adalah candi terlengkap dalam konstruksi candi di Nusantara. Disana terdapat relief-relief yang tertata dengan arsip sistematis menggambarkan perjalanan kehidupan. Relief yang diukir dalam tubuh candi tersebut terdiri atas empat tingkatan yaitu Karmawibangga, Lalitawistara, Jataka Awadana, Gandawyuha. Cerita-cerita dalam relief Karmawibhangga yang menggambarkan ajaran mengenai karma yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Relief ini menceritakan perjalanan kehidupan bagi manusia yang masih mengedepankan hawa nafsu angkara. Perilaku kehidupan berdasarkan atas kesenangan hidup hedonism sehingga menghasilkan manusia-manusia rakus dan tidak beradab. Tingkatan ini seperti halnya dengan tingkatan hidup manusia yang paling rendah diibartkan seperti hewan yang hanya mengedepankan cara hidup atas perut dan bawah perut. Lalitawistara menceritakan tentang esensi kehidupan bahwa segala sesuatu itu berputar dan berulang. Filosofi ini berkaitan tentang pemutaran atau silih bergantinya roda dharma atau hukum. Manusia akan mengalami suatu dinamika dalam kehidupannya berupa senang susah, pandai bodoh, tinggi rendah, kaya miskin, hitam putih, gelap terang, siang malam. Semua diperglirkan oleh yang Maha Kuasa sehingga manusia berkewajiban untuk selalu berusaha dan berkarya. Jataka/Awadana bercerita ajaran pokok perbuatan-perbuatan baik yang bersifat universal untuk hubungan antara manusia dengan manusia. Pelajaran ini memberikan makna bahwa hidup dan berkehidupan harus mengedepankan perbuatan terpuji dan terbaik sehingga dapat menciptakan keharmonisan. Ajaran cinta kasih ini menjadi hal utama untuk membangun hubungan sosial antar manusia.Perbuatan dan skap baik itu seperti sikap rela berkorban, suka menolong, sepi ing pamrih rame ing gawe, mikul duwur mendem jero, aja adigang adigung adiguna dan gotong royong. Relief paling tinggi adalah Gandawyuha yang menceritakan tentang proses kehidupan berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari pengetahuan tertinggi tentang kebenaran sejati. Ilmu adalah kunci kehidupan, manusia tidak bisa melakukan apapun tanpa dasar ilmu. Ilmu iku kelakone kanthi laku, maksudnya bahwa ilmu itu akan berguna dan bermanfaat serta menjadi bagian dari dalam diri manusia setelah dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ilmu selalu mempunyai nilai kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi umat manusia.
Nilai-nilai pelajaran simbolisasi dalam relief candi Borobudur merupakan manifestasi dari sila-sila dalam Pancasila. Relief yang menceritakan jalan kehidupan hakikatnya sama dengan perjalanan bangsa Nusantara untuk mencapai kedamaian melalui dasar Negara yaitu Pancasila. Ajaran Ketuhanan dalam relief candi sangat relevan dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Stupa candi Borobudur yang sangat besar dan megah terletak dalam arupadathu menginformasikan akan sebuah nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Perkasa. Tingkatan tertinggi Borobudur selalu menjadi tujuan mendaki di candi tersebut. Sama halnya dengan proses kehidupan menuju Ketuhanan. Bangsa Nusantara ini memberikan jalan kehidupan weltanchaung berupa sila pertama dalam Pancasila. Orang-orang Dinasti Syailendra yang membangun candi tersebut merupakan manusia-manusia yang telah mengenal Tuhannya pada waktu itu. Mereka mengkodefikasikan spiritualitas Ketuhanan dalam bentuk bangunan candi tersebut.
Relief Jataka dan Lalitawistara mengajarkan akan sebuah prinsip kehidupan berkemanusiaan. Ini relevan dan sangat sesuai dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.Bangunan candi Boroburur maupun candi-candi lainnya di Nusantara pasti dibangun dalam kondisi sosialosi yang bradab. Mereka bisa berkarya membangun candi-candi bersejarah tersebut karena mendapatkan keadilan dari para pimpinan yang menguasai hajat hidup orang banyak pada masa kerajaan tersebut. Bangunan dan seni maha dahsyat tersebut hanya bisa dibangun oleh suatu tata kelola kehidupan masyarakat yang sudah beradab dan penuh nilai keteraturan. Rangkaian perjalanan kehidupan dalam relief mengajarkan suatu sistematika pembangunan mental spiritual dari manusia yang mengedepankan hawa nafsu menjadi manusia yang mengedepankan perbuatan baik dan benar antar sesame manusia. Kemanusiaan ini hanya akan terjadi mana kala manusia-manusia telah mengenal Tuhannya dengan benar. Ajaran ini sesuai dengan Pancasila bahwa sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Bangunan candi-candi di seluruh Nusantara menunjukkan persatuan dan kesatuan penduduk dalam berkehidupan. Candi Prambanan atau candi Dieng tidak mungkin dibangun tanpa adanya persatuan dan kesatuan diantara orang yang hidup pada saat itu. Persatuan menjadikan kekuatan maha besar sehingga mampu bekerja sama dan gotong royong membangun candi. Fakta sosilogis tersebut memberikan bukti bahwa bangsa Nusantara adalah bangsa komunak kolektif yang sangat tidak sesuai dengan ajaran individualism.Bangunan candi sendiri sudah merupakan persatuan dan kesatuan dari berbagai corak dan jenis ukiran yang menjadi satu kesatuan indah mempesona.Keterangkaian antara batu satu dengan batu lainnya diikat oleh sebuah mekanisme fisika batu yang sangat kuat sehingga bangunan candi mampu berdiri kokoh tidak mempan diterpa panas dan dingin maupun hujan.Ini menjadi pelajaran bagi manusia Nusantara bahwa perbedaan adalah hal yang pasti dan tidak bisa dihilangkan. Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Darma Mangrwa. Perbedaan adalah kekayaan sekaligus potensi kekuatan besar untuk dipersatukan dalam membangun bangsa.Perbedaan harus dikelola dengan bijaksana dalam rangka mencapai tujuan bersama.Itulah esensial dari sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia.
Candi Borobudur maupun candi-candi Nusantara merupakan bukti konkrit dari para pemimpin komunitas pada waktu itu yang mengedepankan hukum kepemimpinan. Bangunan candi hanya bisa berdiri ketika dikelola dengan manajemen dan leadership yang kuat. Prinsip-prinsip manajerial perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pengontrolan dan penilaian menjadi hal utama yang dilakukan oleh para pimpinan mega proyek kepada para karyawan yang membangun candi tersebut. Kaidah-kaidah manajemen professional, procedural, proporsional, proaktif, progresif dan produktif menjadi landasan utama dalam mengerakkan ribuan arsitektur dan kekerja lintas kecerdasan. Hal paling penting yang menunjukkan akan sebuah kekuatan besar sehingga menghasilkan karya monumental tersebut adalah prinsip kepemimpinan Dinasti Syailendra. Prinsip kepemimpinan yang dibangun untuk memanajemen sumber daya manusia dan sumber daya material adalah prinsip hikmat kebijaksaan dan perwakilan. Hukum universal tersebut pasti diberlakukan untuk mengendalikan semua proses yang melibatkan ratusan manusia yang mempunyai lintas kecerdasan intelektual fisika, kimia, matematika, maupun kecerdasan emosional spiritual filosofis. Orang-orang terbaik dan terpilih mendapat kesempatan untuk membangun candi Borobudur tersebut. Keteraturan dan keseimbangan kehidupan masyarakat pada masa itu merupakan bukti nyata dari implementasi prinsip dan hukum kepemimpinan yang berdasarkan kebenaran universal hikmat dan kebijaksanaan. Contoh perilaku kepemimpinan Syalendra tersebut, sangat sesuai dengan nilai-nilai falsafah dalam sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Untuk membangun candi-candi Nusantara pastilah mengedepankan musyawarah dan perwakilan dalam menentukan letak dan posisi strategis candi yang akan menjadi tanda jejak peradaban bagi generasi anak bangsa Nusantara.
Keberhasilan para leluhur membangun candi-candi di Nusantara membuktikan jejak peradaban tinta emas pada masa itu. Terlebih pada abad ke-8 pada masa Mataram Kuno atau Kerajaan Medang Kamulan dibawah Dinasti Syailendra.Candi Borobudur merupakan artefak sejarah peradaban masa keemasan Nusantara pada masa itu. Kelahiran Candi Borobudur adalah investasi dan manifestasi dari para manusia-manusia Nusantara yang telah mencapai suatu derajat hidup yang layak dan bermartabat.Kejadian berdirinya karya seni termahsyur di dunia tersebut mengindikasikan kehidupan pada masa itu sudah sejahtera adil dan beradab. Tidak mungkin bisa berdiri candi Borobudur jika waktu itu terjadi peperangan ataupun perselisihan konflik antar anak bangsa. Itulah suatu bentuk wujud konkrit sebuah kehidupan berkat dari Tuhan yang Maha Esa, suatu kehidupan yang sangat sesuai dan menjadi cita-cita bangsa Indonesia dalam sila kelima Pancasila yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Konstruksi fisik candi-candi di Nusantara sama dengan konstruksi filosofis Pancasila. Konstruksi Pancasila ini terdiri atas sila-sila Pancasila yang tersusun secara sistematis.Pancasila sebagai suatu sistem satu kesatuan, bersifat konsisten dan koheren tidak mengandung pertentangan, adanya hubungan satu dengan lainnya dan keseimbangan dalam kerjasama untuk mengabdi pada tujuan yang satu bersama. Pancasila mempunyai susunan hierarkhis bertingkat dan bentuk piramidial untuk menggambarkan hubungan yang bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas cakupan kuantitas dan juga dalam isi sifatnya yang bersifat kualitas. Sila-sila Pancasila saling menjiwai dan dijiwai antara satu dengan lainnya. Sila pertama melandasi sila kedua, sila ketiga, sila keempat dan sila kelima.
Penciptaan Karakter Jati Diri untuk Membangun Peradaban Bangsa
Inilah ajaran universal Pancasila para leluhur yang harus dilestarikan dan diberdayakan. Pancasila sebagai manifestasi karya candi-candi Nusantara harus dipahamkan dan ditanamkan kepada generasi penerus bangsa. Pancasila harus menjadi jati diri dan karakter kebangsaan. Nilai-nilai kearifan universal harus ditransmisikan kedalam pusat kecerdasan spiritual manusia Nusantara untuk membangun putra-putri yang siap berkorban untuk ibu pertiwi. Pembumian karakter suci dari sila-sila tersebut harus dilakukan melalui metodologi yang benar.Proses instalasi atau built in intelegensi spiritual Pancasila melalui tiga tahapan yaitu interpretasi sebagai input, internalisasisebagai proses, dan aktualisasi sebagai output.
Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu. Interpretasi merupakan suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-issu yang rumitdan kemudian membaginya dengan masyarakat awam atau umum. Interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain dan mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku mereka. Reinterpretasi Pancasila adalah kembali mentafsirkan dan menguraikan kembali makna sila-sila Pancasila dengan berlandaskan kajian keilmuan yang ilmiah dan alamiah bersifat universal sesuai kontruksi intelegensi spiritual Pancasila.Interpretasi dapat dilakukan oleh masing individu-individu mapun secara kolektif dengan selalu mengedepankan kesantunan berfikirnya. Aktivitas interpretasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan cara belajar mandiri dan kegiatan berkelompok dengan sarana sarasehan Pancasila, dialog kebangsaan atau sosialisasi nilai-nilai kearifan lokal candi-candi setiap daerah di Nusantara ini.
Internalisasi merupakan penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menjadi keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yg diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Internalisasi Pancasila adalah kembali melakukan penghayatan, pengendapan dan penyatuan nilai-nilai dalam sila Pancasila untuk menjadi kepribadian akhlak atau karakter sejati manusia Indonesia. Internalisasi ini dilakukan oleh individu-individu sesuai dengan cara atau perilaku yang sesuai dengan kearifan lokal candi-candi Nusantara. Aktivitas internalisasi dapat dilakukan dengan bangun aktivitas malam dan renungan malam untuk menghayati nilai-nilai Pancasila dikaitkan dengan kehidupan yang sedang berlangsung. Proses internalisasi dalam kehidupan berbudaya dapat dilakukan dengan mempelajari situs candi-candi di Nusantara untuk memhami jejak peradaban dan memberikan inspirasi kejayaan dalam melangkah kedepan.
Aktualisasi adalah kegiatan aplikasi terhadap suatu pemahaman atau keyakinan tertentu. Aktualisasi Pancasila dengan mengamalkan segala nilai-nilai Pancasila yang telah diperoleh dari proses interpretasi dan internalisasi dalam bentuk aksi-aksi nyata bidang kegiatan budaya, sosial, dan ilmiah. Aktivitas aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam domain budaya kerangka proses akan menghasilkan suatu kecerdasan budaya yang berguna untuk kemaslahatan manusia. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan sosial akan menciptakan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan pencapaian kualitas manusia mengenai kesadaran diri dan penguasaan pengetahuan yang bukan hanya untuk keberhasilan dalam melakukan hubungan interpersonal tetapi juga digunakan untuk membuat kehidupan manusia lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar, kecerdasan sosial mampu menunjukkan suatu kebenaran dalam masyarakat, peka terhadap kondisi sosial, ketajaman dalam melihat realitas sosial, menghargai perbedaan keragaman budaya, dan mampu bertindak secara strategis dan efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang Ilmiah dapat menghasilkan kecerdasan rasional.Aksi-aksi ini dapat dilakukan dengan penelitian dan pengkajian daerah tentang kearifan lokal daerah, kegiatan pendidikan berbasis rumah, kegiatan praktikum ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Pengembangan aktivitas-aktivitas ilmiah ini akan menjadikan manusia-manusia Indonesia mempunyai kecerdasan intelektual untuk menyelesaikan permasalahan yang barkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Implementasi tersebut melibatkan subyek individu sebagai komponen utama program kecerdasan dan lingkungan keluarga, komunitas organisasi, dan bangsa dalam upaya membangun peradaban bangsa. Ketiga proses ini membutuhkan intervensi pribadi (internal) dalam proses secara individu dan membutuhkan intervensi serta keteladanan pimpinan dalam kehidupan keluarga, komunitas dan bangsa. Selain intervensi juga membutuhkan habituasi atau pembisaaan diri maupun pembudayaan kolektif oleh individu maupun dalam skala komunitas kebangsaan. Unsur yang paling penting untuk membangun karakter adalah komitmen bersama untuk membangun bangsa berdasar Pancasila yang merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Komitmen ini mempunyai fungsi utama mengikat visi dan misi serta aksi individu, keluarga, komunitas dan bangsa untuk membangun peradaban bangsa. Peradaban sangat ditentukan oleh karya-karya manusia dalam bidang budaya, sosial, dan ilmiah sebagai perwujudan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual. Candi-candi Nusantara adalah bukti manusia-manusia yang berkarakter ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Harmonisasi Tiga Sisi Candi Nusantara
Bangsa Indonesia harus membangun peradaban menggunakan pendekatan nilai-nilai universal dalam candi. Hari ini, Candi-candi di Nusantara mempunyai keterikatakan 3 dimensi dari segi kehidupan bermasyarakat. Dimensi yang pertama adalah candi-candi sebagai heritage cagar budaya peninggalan leluhur yang sarat dengan makna dan sistem nilai hidup universal harus di lestarikan dan dilindungi. Kedua candi sebagai dimensi religius yang harus dihormati dan diajarkan kepada generasi anak bangsa sesuai dengan kepercayaan agar menjadi manusia paripurna dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dimensi candi ketiga adalah pariwisata yang harus dimanajemen secara arif dan bijak dengan mempertimbangkan segala sektor yang terintegrasi didalamnya. Pariwisata yang mengedepankan jelajah budaya akan mempercepat proses penciptaan karakter kebangsaan bagi wisatawan. Pelestarian berkelanjutan dari segi fisik dengan menjaga bangunan candi, sementara untuk mentransformasikan nilai-nilai universal candi dilakukan dengan interpretasi, internalisasi dan aktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Harmonisasi dalam interaksi kehidupan membangun tiga dimensi tersebut menjadi strategi utama untuk menyongsong peradaban Nusantara ke depan.
Candi-candi Nusantara adalah harta karun misteri peradaban bagi anak-anak bangsa. Candi merupakan kitab suci yang dengan sengaja dipersembahkan oleh para leluhur untuk manusia-manusia Nusantara. Sebuah ajaran spiritualitas universal dari para leluhur ini menjadi bukti cinta kasih untuk generasi setelahnya.Para leluhur telah mengetahui dan memahami bahwa generasinya membutuhkan sinar terang dan petunjuk untuk membangun bangsa Nusantara.Mereka sadar bahwa untuk melanjutkan kehidupan membutuhkan pendidikan moral spiritual sebagai pondasinya.Leluhur mendirikan candi-candi di seluruh Nusantara agar menjadi tanda dan jejak peradaban masa lalunya yang perlu diteladani dan dicontoh dalam membangun negeri ini.
Candi menjadi solusi dari permasalahan krisis multidimensi bangsa ini dikarenakan kehilangan spiritualitas jati diri.Manusia modern sedang terjangkit penyakit spiritual dengan segala variasinya seperti spiritual crisis menurut Fritjof Capra, penyakit jiwa atau soul pain menurut Michael Kearney, penyakit eksistensial Carl Gustav Jung, darurat spiritual atau spiritual emergency menurut Cristina dan Stanislav Grof, patologi spiritual, alienasi spiritual maupun penyakit spiritual. Permasalahan tersebut akan selesai ketika manusia kembali kepada spiritualitas sebagai landasan utama kehidupannya. Krisis spiritual ini bisa dibangkitkan kembali dengan menanamkan karakter jati diri bangsa dalam Pancasila. Sebuah candi atau ‘wawacan diri’ untuk melihat jati diri, harga diri, martabat diri untuk membangun ibu pertiwi dalam rangka pengabdian kepada Sang Hyang Widi, Penguasa Alam Semesta Sang Illahi. Kita harus membangun bangsa dengan spiritualitas universal Pancasila yang tersimbolisasi dalam candi-candi agar menjadikan negeri yang diberkati Tuhan, hidup penuh dengan kesejahteraan dan keadilan sosial serta menjadi bangsa teladan atau percontohan di dunia. Nusantara akan kembali menjadi bangsa yang ‘tata titi tentrem kertaraharja gemah ripah loh jinawi dadi kiblating dunya’. Pancasila sebagai karakter dan spiritualitas jiwa anak-anak bangsa akan menghantarkan Nusantara menjadi mercusuar dunia.

Impian Bung Karno

Soekarno (Bung Karno) merupakan bagian dari pendiri bangsa, ia punyai cita-cita menjadikan bangsa ini sebagai 'Mercusuar Dunia', menjadi bangsa yang mampu memberi cahaya dalam gelapnya malam, menjadi bangsa yang disegani bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa di atas segala bangsa, pusat peradaban modern di Asia Pasifik khususnya dan dunia pada umumnya.

Untuk mencapai cita-cita mulia tersebut, ia mencetuskan sebuah konsep yang ia namakan Nation Character Building (karakter bangsa). Karakter bangsa dalam persepsi Bung Karno adalah upaya membangkitkan kebanggaan dan kecintaan terhadap bangsa sendiri dengan cara menggenjot pembangunan; manusia, ekonomi, dan infrastruktur. Hal ini juga yang menjadi dasar mengapa Bung Karno di awal pemerintahannya menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk membangun infrastruktur meliputi stadiun, bandara, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kembali kebanggaan rakyat (yang sudah sekian lama terjajah) terhadap Indonesia.

Visi Bung Karno di tahun 1975 adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara adikuasa dunia dalam konteks the big five; 5 negara adidaya. Kala itu, Bung Karno sangat optimis bahwa Indonesia akan mampu mengungguli Cina dan Jepang. Artinya, jika cita-cita Bung Karno terwujud, maka Indonesia akan menjadi negara terkuat di Asia Pasifik.

Bung Karno juga mempunyai ambisi tentang kedaulatan energi (meliputi SDA Indonesia dan permodalannya). “Dulu Jepang nge-bom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politik, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang di dalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya.” kata Bung Karno saat menerima beberapa pembantunya sesaat setelah pengunduran Bung Hatta dari Wakil Presiden RI tahun 1956.

Di tahun 1960, Bung Karno menggemparkan perusahaan minyak asing, ia meminta Djoeanda Kartawidjaja menyusun konsesi (izin untuk membuka tambang) minyak “Kamu tau, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? Soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal asing ini dihentiken, dihancurleburken dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang, apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan minyak” urai Bung Karno kepada Djuanda.

Hitung-hitungan Bung Karno saat itu, di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia, maka obsesi terbesar Bung Karno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam struktur modal nasional. Modal nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia. Dikalangan pengusaha saat itu, struktur modal itu diberi kode nama ‘Dana Revolusi Soekarno”. Akhirnya, empat puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina, dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang merupakan sebuah struktur modal nasional yang digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya adalah yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.

Sayangnya, akselarasi politik dalam negeri tahun 60-an memecah bangsa ini menjadi 2 kubu; pro Soekarno dan kontra Soekarno. Hingga akhirnya 1967 Soekarno harus rela digulingkan dari tampuk kekuasaan oleh bangsanya sendiri. Bung Karno, seorang pemimpin yang ingin menjadikan bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Bung Karno, bangsa ini sepenuhnya telah diambil alih oleh modal asing dibantu anak-anak bangsa, tak ada lagi kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.

Bacalah! Sudah berapa lama bangsa ini kembali terjajah oleh raja bangsa-bangsa.
Bacalah! Sudah berapa jiwa terkorbankan sebagai tumbal demi memuaskan ketamakan pemimpin zalim.
Bacalah! Dengan mata, telinga, dan pikiran. Kini sudah waktunya bagi kita untuk memperjuangkan kembali cita-cita Founding Fathers bangsa ini.

Bagaimana caranya?
Bangsa ini mempunyai dasar negara yang luar biasa, dasar negara yang telah dikodifikasikan oleh para pendahulu kita, kita menyebutnya 'Pancasila', yang kini sudah mulai terbenam dalam kebobrokan mental pemimpin zalim. Kita harus bersatu padu kembali menjadikan Pancasila menjadi karakter bangsa, karena Pancasila merupakan bagian dari karakter Tuhan Yang Maha Esa. Kini ada satu organisasi kemasyarakatan yang tengah memperjuangkan kembalinya Pancasila menjadi dasar negara secara nyata, bahkan organisasi itu berani menafsirkan butir-butir Pancasila secara gamblang. Bangkitlah wahai saudaraku, jadilah matahari dunia, mercusuar dunia, rahmat semesta alam, mari bekerjasama dalam Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk mewujudkan cita-cita dari Putra Sang Fajar.

LINK
Bung Karno dan Pancasila
38 Penafsiran butir-butir Pancasila oleh Gafatar

Keturunan Israel Dan Yahudi Ashkenazi

Kitab Genesis dengan jelas menyatakan bahwa Bani Israel adalah anak cucu dari Yakub, yang atas perintah Allah dibawa oleh Musa Rasulullah keluar dari perbudakan di Mesir menuju 'Tanah Perjanjian'. Atas dasar kesetiaannya terhadap perjanjian yang mereka ikrarkan di bukit Thursina, mereka menjadi umat kesayangan Tuhan Semesta Alam.

Ketika Rehabeam anak Sulaiman (Solomo), cucu dari raja Daud (David) berbuat sundal dengan tuhan bangsa-bangsa, maka jadilah Israel umat yang terkutuk. Keturunan Yehuda yang berbuat sundal ini tidak lagi beragama sebagaimana agama Ibrahim (Abraham) [Millah Abraham; Jalan Abraham]. Paham Yehuda yang terkutuk itu disebut Yahudi.

Maka, tidak semua keturunan Israel itu berpaham Yahudi, di antara mereka masih banyak yang konsisten dengan paham Abraham yang hanif (lurus). Namun setiap kali nabi-nabi dari Bani Israel muncul mengumandangkan paham Abraham yang hanif, mereka selalu menjadi musuh raja Yahudi setiap kali. Banyak nabi-nabi Bani Israel yang hanif itu dibunuh oleh Yahudi. Dari sejak Nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, sampai pada Yohanes Pembaptis, hingga muncullah Yesus (Isa) Rasulullah.

Jadi mereka bukanlah penganut paham Yahudi, tetapi orang-orang yang konsisten dengan paham Abraham yang hanif. Itulah sebabnya tatkala Yesus menawarkan paham Abraham yang hanif, ia dimusuhi oleh ulama-ulama Yahudi (Farisi dan Saduki).

Dari sini kita dapat mengenal Yesus secara lebih jelas, bahwa ia adalah nabi yang seperti Musa, nabi yang dinubuahkan oleh nabi-nabi sebelumnya, yakni Sang Mesias yang dibangkitkan dari "dunia orang mati" (orang yang tidak paham akan kebenaran kitab-kitab, Allah sebut sebagai orang mati, dan Allah menghidupkan Yesus yang dulunya mati) untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan bangsa-bangsa dan kembali memiliki Kerajaan Allah, tahta Raja Daud yang selama tujuh ratus tahun lenyap dari muka bumi.

Karena kehadiran Yesus adalah mengajak Bani Israel baik yang masih konsisten dengan paham Abraham maupun yang telah menjadi Yahudi untuk bertobat dan kembali kepada Allah dengan melakukan perjanjian yang baru kepada Allah Abraham, Tuhan Semesta Alam, selanjutnya kekuasaan Yesus kita kenal dengan 'Perjanjian Baru'. Isi perjanjiannya sama dengan isi perjanjian nenek moyang mereka di bukti Thursina, yaitu mematuhi hukum Allah, yang tersimpul di dalam Sepuluh Firman Allah (The Ten Commandments).


Bani Israel berbeda dengan Yahudi Ashkenazi. Yahudi Azhkenazi adalah bani yang mewarisi paham Yahudi, mereka adalah kaum Eropa Jerman minoritas (jumlah mereka kurang dari 10juta jiwa). Mayoritas mereka mengidap penyakit turunan yang berhubungan dengan otak, penyakit ini dapat membawa keturunan mereka menuju satu dari dua sisi, idiot atau jenius. Theodor Herzl, Anne Frank, Sigmund Freud, Albert Einstein,  Mikhail Botvinnik adalah bagian dari kaum minoritas ini, dan masih banyak nama-nama besar yang menyembunyikan identitas Yahudi mereka. Dan kaum minoritas ini yang kini sedang menguasai dunia. Mereka mengawasi semua karena mata mereka ada diseluruh penjuru dunia, mereka mengendalikan semua dari puncak segitiga, merekalah tuhan manusia pada jaman ini; thagut.

Penafsiran Butir-Butir Pancasila Menurut Gafatar

Sumber: gafatar.or.id

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan karya dari pendahulunya. Para founding fathers telah menghasilkan karya yang melebihi zamannya dalam membangun dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa telah teruji dalam perjalanan sejarah dari awal kemerdekaan, orde lama, orde baru, orde reformasi, dan hingga sekarang. Namun demikian, implementasi Pancasila semakin hari semakin jauh dari kenyataan, dibuktikan dengan adanya krisis multidimensi bangsa ini. Perilaku kebangsaan dan kenegaraan hari ini tidak mencerminkan aktualisasi sila-sila Pancasila. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penjabaran dan penyebaran terhadap penafsiran nilai-nilai Pancasila. Bahkan sampai hari ini, belum ada golongan apapun di Indonesia yang bisa mentafsirkan Pancasila dan mengembalikan kedudukan asalnya sebagai ajaran Tuhan Yang Maha Esa.  
     Kiranya kurang bijak jika kesalahan dan kekhilafan para pemimpin bangsa di era yang lalu menyebabkan kita turut membenci Pancasila yang sejatinya merupakan karya luhur dari para pendiri bangsa. Pancasila sebagai dasar negara tidak terikat oleh rezim kekuasaan tertentu sehingga harus terus menerus diaktualisasikan dan menjadi jati diri bangsa dari waktu ke waktu. Para eksponen dan komponen bangsa harus bersama-sama menghidupkan dan membumikan kembali nilai-nilai Pancasila yang sejatinya merupakan inti sari dari nilai-nilai Kebenaran Universal. Pancasila merupakan percikan-percikan sinar terang Tuhan YME.
   Oleh karena itu, Gerakan Fajar Nusantara sebagai bagian dari komponen bangsa melakukan gerakan interpretasi, internalisasi, dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Pembumian nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kepemimpinan, dan keadilan sebagai sebuah tata nilai luhur (noble values) wajib diinterpretasikan sehingga menjadi pandu dalam setiap lini kehidupan. Azas Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber dari segala nilai kehidupan manusia. Setiap sila Pancasila memiliki hubungan yang berkelindan (erat menjadi satu.red) satu sama lainnya dan tidak terpisahkan.
Dengan metode inilah, Gafatar ingin membangun manusia berkarakter Tuhan YME, manusia yang adil dan beradab, bersatu, berkepemimpinan dan kerakyatan, dalam rangka mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya dan menjadi manusia berkat bagi alam semesta pada umumnya.




Berikut ini adalah interpretasi atau penafsiran butir-butir Pancasila menurut Gerakan Fajar Nusantara sebagai tawaran solusi alternatif dalam rangka menyelesaikan krisis multidimensi bangsa dan menjadi mercusuar dunia berada di atas segala bangsa.


SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
  1. Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dicintai, dan ditaati segala kehendak dan perintahnya.
  2. Tuhan Yang Maha Esa adalah Sang Pencipta alam semesta Yang Maha Pengasih dan Penyayang mempunyai fungsi sebagai Pengatur, Penguasa, dan Pusat pengabdian bagi seluruh makhluk-Nya.
  3. Setiap diri manusia menjadikan Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu-satunya Tuan sehingga tidak ada Pengatur, Penguasa, dan Pusat pengabdian lain kecuali Dia.
  4. Bangsa Indonesia menjadikan Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber Kebenaran Sejati, sumber hukum dan sumber dari segala sumber nilai bagi hidup dan kehidupan manusia.
  5. Bangsa Indonesia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni dengan tunduk patuh hanya kepada-Nya sesuai dengan Jalan Kebenaran sejati yang alamiah dan ilmiah sebagaimana dicontohkan oleh para Pembawa Risalah-Nya.
  6. Bangsa Indonesia mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berkorban harta dan diri untuk mewujudkan kehendak dan rencana-Nya yang akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang damai sejahtera.
  7. Bangsa Indonesia berkarakter sesuai dengan karakter Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi wakil Tuhan dalam mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan dunia.
  8. Segala peraturan, hukum, dan konstitusi disusun berdasar pada nilai-nilai Kebenaran Sejati sehingga seluruhnya merupakan pengejawantahan dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa.
  9. Setiap warga negara tidak boleh dipaksa atau memaksa untuk mengikuti suatu keyakinan, karena Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak pernah memaksakan keyakinan tertentu kepada manusia.
  10. Nilai-nilai ketuhanan menjiwai dan melandasi nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, kepemimpinan, dan keadilan sosial.

SILA  KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
  1. Kemanusiaan adalah seluruh sifat atau karakter setiap manusia yang tercermin dalam fikir, kata, dan perbuatannya yang harus dijiwai dan dilandasi oleh sifat atau karakter Tuhan Yang Maha Esa dalam segenap hidup dan kehidupannya.
  2. Hubungan antar manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diatur dengan hukum dan peraturan yang dijiwai dan dilandasi oleh prinsip kasih sayang kepada Tuhan Yang Maha Esa dan prinsip kasih sayang kepada sesama manusia.
  3. Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
  4. Mengakui dan menghormati persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku, agama, kepercayaan, ras, dan golongan.
  5. Menegakkan hukum dan peraturan secara adil, baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.
  6. Berbudi pekerti luhur dan tidak melakukan pelanggaran terhadap hukum Tuhan Yang Maha Esa, seperti mencuri, berzinah, membunuh, dan berdusta.
  7. Berlaku sopan santun, tenggang rasa, saling menghargai dan menghormati, serta berbuat baik kepada sesama manusia.

SILA PERSATUAN INDONESIA
  1. Persatuan adalah suatu kesadaran yang tumbuh dari diri setiap warga untuk bersatu dan menyatu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.
  2. Menyadari bahwa keanekaragaman suku, bangsa, dan bahasa sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan hanya Dia-lah Yang dapat mempersatukan manusia dalam kesatuan Visi dan Misi pengabdian di atas Jalan Kebenaran sejati.
  3. Sanggup berkorban harta dan diri untuk membangun bangsa dan tanah air dengan semangat kebhinnekaan dalam persatuan dan kesatuan menuju Indonesia Raya, Nusantara Jaya.
  4. Memperkuat solidaritas dan kebersamaan antar seluruh elemen bangsa, menjalin kerjasama antar bangsa, dan ikut berperan aktif dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
  5. Bersatu padu membangun jiwa dan raga bangsa melalui pembangunan mental spiritual dan melaksanakan karya bakti dengan bergotong royong demi mewujudkan Indonesia yang merdeka, adil, makmur, damai, dan sejahtera.
  6. Menolak segala bentuk sikap dan kesadaran sektarian, kelompok, golongan, suku, agama, dan kepercayaan yang dapat memicu perpecahan bangsa dan mengkhianati nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
  7. Membangun integritas struktur kepemimpinan dengan seluruh elemen bangsa dalam satu kesatuan komando yang kukuh.

SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
  1. Kerakyatan dan kepemimpinan bangsa dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan.
  2. Rakyat dipimpin oleh kepemimpinan yang penuh hikmat kebijaksanaan, yakni Kebenaran Sejati sebagaimana yang dicontohkan oleh para Pembawa Risalah Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Pemimpin dan rakyat tidak boleh melanggar prinsip hikmat kebijaksanaan.
  4. Para pemimpin adalah insan terbaik dari elemen bangsa yang beriman dan berilmu serta berkarakter jujur, berani, tegas, adil, cakap, berintegritas, bijaksana, cerdas, dan sehat.
  5. Pemilihan pemimpin dan pengambilan keputusan diselenggarakan dengan sistem permusyawaratan dan perwakilan, bukan melalui sistem pemilihan langsung atau suara terbanyak.
  6. Musyawarah untuk mufakat dilakukan dengan mengedepankan prinsip ilmiah, akal sehat, dan semangat kekeluargaan.
  7. Rakyat tunduk patuh kepada sistem kepemimpinan yang penuh hikmat kebijaksanaan  sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
  1. Keadilan sosial merupakan hasil dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kepemimpinan yang penuh hikmat kebijaksanaan.
  2. Keadilan sosial adalah terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa dan negara yang damai sejahtera, beradab, berkeadilan, dan bermartabat di bawah naungan Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Keadilan sosial adalah suatu kondisi terpenuhinya hak-hak dasar secara adil dan merata bagi setiap warga negara tanpa membedakan suku, agama, kepercayaan, ras dan golongan, sehingga tidak ada yang terzalimi.
  4. Setiap warga negara melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya, memperoleh sesuatu sesuai dengan usahanya, dan bertanggung jawab sesuai dengan perbuatan dan kedudukannya.
  5. Menolak liberalisme dan komunisme karena tidak sesuai dengan Jalan Kebenaran Sejati dari Tuhan Yang Maha Esa.
  6. Saling menghormati dan bekerjasama dalam memajukan dan mensejahterakan kehidupan bersama sehingga tidak ada kesenjangan dalam bidang ideologi, hukum, politik, ekonomi,  sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta teknologi.
  7. Keadilan sosial merupakan pengejawantahan keadilan Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa yang diberkati-Nya, sehingga seluruh rakyat Indonesia harus bersyukur dan memuji hanya kepada-Nya.

Pancasila - Syariat Islam Berbungkus Kebangsaan

Sumber: jernih.net

Syariat Islam. Namun sesungguhnya ini bukanlah “Syariat Islam” yang sesungguhnya, melainkan tujuan politis yang dibungkus dengan baju agama. Paham Islam Politik ini telah tersebar secara sistematis, di mana generasi muda Indonesia yang dijadikan sasaran empuk bagi doktrin politik mereka.
Pancasila pun disebut sebagai taghut yang artinya “jahat”, dan dianggap sebagai berhala! Pertanyaannya : Benarkah Pancasila itu adalah berhala dan bersifat jahat?
Artikel ini mengajak pembaca untuk meneliti sila per sila dan diadu dengan ayat-ayat Al Qur’an, sehingga nanti bisa disimpulkan apakah Pancasila itu bertentangan atau sejalan dengan Syariat Islam!
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Konsep keesaan Tuhan di dalam Islam cukup unik jika dibandingkan dengan konsep keesaan Tuhan yang ada dalam ajaran-ajaran agama lain. Adapun konsep keesaan Tuhan di dalam Al Qur’an bisa dijelaskan sebagai berikut :
  1. Tuhan itu Maha Esa dan tidak ada segala sesuatu pun di alam semesta ini yang setara atau menyerupai-Nya (QS 2:163 dan QS 112 : 1-4).
  2. Tuhan tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga segala sesuatu adalah berada di dalam kuasa-Nya (QS 4:126 dan QS 57 : 3).
  3. Penegasan terhadap pengakuan akan keesaan Tuhan diwujudkan di dalam menjalani hidup untuk beribadah kepada Allah sebagai Tuhan sejati; bukan tuhan berupa manusia, uang, jabatan, golongan, dsb; sehingga segala sesuatu yang dilakukan di dunia ini berjalan di atas “rel-rel ketuhanan” (QS 6:162).
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Al Qur’an menyatakan di dalam QS 21:107 bahwa umat Islam diutus di dunia untuk menjadi rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam. Maka dari itu bisa dikatakan bahwa ajaran Islam adalah ajaran kemanusiaan.
Kemanusiaan bisa dicapai jika seseorang memiliki tatakrama atau adab. Tuhan telah mengilhamkan kepada umat manusia berbagai macam norma di bumi yang bisa menjadikan seseorang beradab. Al Qur’an yang mengajarkan tentang berbagai dimensi adab : adab terhadap orang tua, adab terhadap sesama manusia dan sesama makhluk hidup, adab terhadap umat beragama, adab terhadap lingkungan, adab dalam berbisnis, adab dalam berdiskusi, adab dalam menuntut ilmu, dsb yang tentunya tidak akan muat jika disebutkan satu persatu di dalam artikel ini.
Beradab saja tidaklah cukup, melainkan juga harus dibarengi dengan sikap adil, karena boleh jadi adab antara masyarakat atau umat yang satu dengan yang lain tidaklah sama. Perilaku adil di dalam Al Qur’an bisa dijelaskan sebagai berikut :
  1. Umat Islam dipilih Allah sebagai umat yang adil dan selalu berbuat kebajikan (QS 2:143 dan QS 16:90).
  2. Segala sesuatu perkara haruslah diputuskan dengan adil (QS 5:42 dan QS 49:9).
  3. Di dalam berniaga dan berbagai bentuk kerjasama lainnya haruslah didasarkan pada azas keadilan dan tidak saling merugikan (QS 2:153, QS 11:85, dan QS 55:9).
  4. Adil terhadap kaum atau umat lain (QS 60:8 dan QS 42:15), bahkan ketika merasa tidak suka terhadap mereka sekalipun (QS 5:8).
PERSATUAN INDONESIA
Al Qur’an meletakkan isu persatuan sebagai hal yang sangat penting dalam membangun kehidupan yang lebih baik, dengan begitu banyak ayat-ayatnya :
  1. Perintah untuk saling mengenal antar suku dan bangsa dengan tidak membeda-bedakan status sosial, karena manusia yang paling utama di hadapan Tuhan adalah yang paling bertakwa (QS 49:13). Ayat ini adalah perwujudan nyata dari semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
  2. Perintah bagi umat beragama untuk tidak saling bertengkar, melainkan bersama-sama dalam berbuat kebajikan (QS 2:148 dan QS 5:48).
  3. Perintah tegas untuk menjaga persatuan dan larangan keras untuk bercerai-berai (QS 3:103, 6:153, dan QS 16:92).
  4. Sebutan musyrik alias mempersekutukan Tuhan bagi seseorang yang memecah belah persatuan umat (bangsa) dan membanggakan golongannya masing-masing (QS 30:31-32).
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
Rakyat melalui perwakilannya masing-masing harus duduk bersama untuk bermusyawarah merumuskan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Maka Demokrasi Pancasila yang berazaskan “musyawarah mufakat” adalah sesuai dengan apa yang diperintahkan di dalam Al Qur’an, dan bukannya Demokrasi Liberal berdasarkan “suara terbanyak” yang telah sukses memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang mengajarkan pentingnya bermusyawarah untuk mufakat, bahkan ada satu surat yang dinamai Asy-Syuara yang berarti “Musyawarah”. Musyawarah dijelaskan di dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat ini :
  1. Usaha untuk menuju kepada kebaikan, termasuk berbagi rezeki dan keberkahan terhadap sesama haruslah diputuskan berdasarkan musyawarah (QS 42:38).
  2. Bahwa berlapang dada, memaafkan, dan mengutamakan bermusyawarah daripada kekerasan adalah lebih utama bagi orang-orang beriman (QS 3:159).
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Keadilan sosial adalah terciptanya sebuah sistem yang adil, yang mengayomi seluruh rakyat di mana rakyat memperoleh hak dan kewajiban yang sama. Terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan menjadi tolok ukur bagi tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara.
Inilah keadaan di mana seluruh rakyat Indonesia bisa makan, bertempat tinggal, memperoleh pendidikan, memperoleh penghidupan yang layak, menyuarakan pendapatnya, mendapatkan jaminan kebebasan beragama, dan berbagai dimensi keadilan lainnya. Inilah keadaan di mana rakyat dari Sabang sampai Merauke merasakan pemerataan pembangunan, dan menikmati secara adil hasil kekayaan segala sumber daya alam yang dimiliki negeri ini.
Al Qur’an dengan tegas memerintahkan manusia untuk menciptakan sebuah sistem yang adil (QS 7:29). Ada pun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa terwujud dengan beberapa kondisi :
  1. Tidak ada diskriminasi antara suku, bangsa, ras, dan juga jenis kelamin (QS 49:13).
  2. Tidak ada diskriminasi antar umat beragama (QS 2:62, 2:148, QS 5:48, dan QS 5:69).
  3. Adanya hukum yang adil (QS 4:58).
  4. Adanya pemerataan kesejahteraan yang diwujudkan dalam pembagian harta orang-orang mampu kepada fakir miskin dan anak-anak yatim (QS 51:19), sehingga harta tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja (QS 59:7).
* * *
Perhatikanlah betapa selarasnya antara Pancasila dengan ayat-ayat Al Qur’an!
Silakan dipikirkan, mana yang lebih penting daripada sekedar memperjuangkan “label Islam” dan “formalisasi syariat Islam”, dibandingkan dengan menghidupkan nilai-nilai Islam ke dalam berbagai bentuk kehidupan?
Yakinlah bahwa jika nilai-nilai Pancasila ditegakkan setegak-tegaknya, maka syariat Islam itu sudah berdiri dengan sendirinya di bumi Nusantara ini, tanpa harus merengek-rengek memperjuangkan “syariat Islam”!
Itulah mengapa tidak salah jika dikatakan bahwa Pancasila adalah “Syariat Islam Yang Berbungkus Kebangsaan”!
NEGARA ISLAM = NO! / NEGERI ISLAMI = YES!