Soekarno (Bung Karno) merupakan bagian dari pendiri bangsa, ia punyai cita-cita menjadikan bangsa ini sebagai 'Mercusuar Dunia', menjadi bangsa yang mampu memberi cahaya dalam gelapnya malam, menjadi bangsa yang disegani bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa di atas segala bangsa, pusat peradaban modern di Asia Pasifik khususnya dan dunia pada umumnya.
Untuk mencapai cita-cita mulia tersebut, ia mencetuskan sebuah konsep yang ia namakan Nation Character Building (karakter bangsa). Karakter bangsa dalam persepsi Bung Karno adalah upaya membangkitkan kebanggaan dan kecintaan terhadap bangsa sendiri dengan cara menggenjot pembangunan; manusia, ekonomi, dan infrastruktur. Hal ini juga yang menjadi dasar mengapa Bung Karno di awal pemerintahannya menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk membangun infrastruktur meliputi stadiun, bandara, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kembali kebanggaan rakyat (yang sudah sekian lama terjajah) terhadap Indonesia.
Visi Bung Karno di tahun 1975 adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara adikuasa dunia dalam konteks the big five; 5 negara adidaya. Kala itu, Bung Karno sangat optimis bahwa Indonesia akan mampu mengungguli Cina dan Jepang. Artinya, jika cita-cita Bung Karno terwujud, maka Indonesia akan menjadi negara terkuat di Asia Pasifik.
Bung Karno juga mempunyai ambisi tentang kedaulatan energi (meliputi SDA Indonesia dan permodalannya). “Dulu Jepang nge-bom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politik, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang di dalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya.” kata Bung Karno saat menerima beberapa pembantunya sesaat setelah pengunduran Bung Hatta dari Wakil Presiden RI tahun 1956.
Untuk mencapai cita-cita mulia tersebut, ia mencetuskan sebuah konsep yang ia namakan Nation Character Building (karakter bangsa). Karakter bangsa dalam persepsi Bung Karno adalah upaya membangkitkan kebanggaan dan kecintaan terhadap bangsa sendiri dengan cara menggenjot pembangunan; manusia, ekonomi, dan infrastruktur. Hal ini juga yang menjadi dasar mengapa Bung Karno di awal pemerintahannya menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk membangun infrastruktur meliputi stadiun, bandara, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kembali kebanggaan rakyat (yang sudah sekian lama terjajah) terhadap Indonesia.
Visi Bung Karno di tahun 1975 adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara adikuasa dunia dalam konteks the big five; 5 negara adidaya. Kala itu, Bung Karno sangat optimis bahwa Indonesia akan mampu mengungguli Cina dan Jepang. Artinya, jika cita-cita Bung Karno terwujud, maka Indonesia akan menjadi negara terkuat di Asia Pasifik.
Bung Karno juga mempunyai ambisi tentang kedaulatan energi (meliputi SDA Indonesia dan permodalannya). “Dulu Jepang nge-bom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politik, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang di dalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya.” kata Bung Karno saat menerima beberapa pembantunya sesaat setelah pengunduran Bung Hatta dari Wakil Presiden RI tahun 1956.
Di tahun 1960, Bung Karno menggemparkan perusahaan minyak asing, ia meminta Djoeanda Kartawidjaja menyusun konsesi (izin untuk membuka tambang) minyak “Kamu tau, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? Soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal asing ini dihentiken, dihancurleburken dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang, apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan minyak” urai Bung Karno kepada Djuanda.
Hitung-hitungan Bung Karno saat itu, di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia, maka obsesi terbesar Bung Karno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam struktur modal nasional. Modal nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia. Dikalangan pengusaha saat itu, struktur modal itu diberi kode nama ‘Dana Revolusi Soekarno”. Akhirnya, empat puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina, dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang merupakan sebuah struktur modal nasional yang digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya adalah yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.
Sayangnya, akselarasi politik dalam negeri tahun 60-an memecah bangsa ini menjadi 2 kubu; pro Soekarno dan kontra Soekarno. Hingga akhirnya 1967 Soekarno harus rela digulingkan dari tampuk kekuasaan oleh bangsanya sendiri. Bung Karno, seorang pemimpin yang ingin menjadikan bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Bung Karno, bangsa ini sepenuhnya telah diambil alih oleh modal asing dibantu anak-anak bangsa, tak ada lagi kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.
Bacalah! Sudah berapa lama bangsa ini kembali terjajah oleh raja bangsa-bangsa.
Bacalah! Sudah berapa jiwa terkorbankan sebagai tumbal demi memuaskan ketamakan pemimpin zalim.
Bacalah! Dengan mata, telinga, dan pikiran. Kini sudah waktunya bagi kita untuk memperjuangkan kembali cita-cita Founding Fathers bangsa ini.
Bagaimana caranya?
Bangsa ini mempunyai dasar negara yang luar biasa, dasar negara yang telah dikodifikasikan oleh para pendahulu kita, kita menyebutnya 'Pancasila', yang kini sudah mulai terbenam dalam kebobrokan mental pemimpin zalim. Kita harus bersatu padu kembali menjadikan Pancasila menjadi karakter bangsa, karena Pancasila merupakan bagian dari karakter Tuhan Yang Maha Esa. Kini ada satu organisasi kemasyarakatan yang tengah memperjuangkan kembalinya Pancasila menjadi dasar negara secara nyata, bahkan organisasi itu berani menafsirkan butir-butir Pancasila secara gamblang. Bangkitlah wahai saudaraku, jadilah matahari dunia, mercusuar dunia, rahmat semesta alam, mari bekerjasama dalam Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk mewujudkan cita-cita dari Putra Sang Fajar.
LINK
Bung Karno dan Pancasila
38 Penafsiran butir-butir Pancasila oleh Gafatar
Hitung-hitungan Bung Karno saat itu, di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia, maka obsesi terbesar Bung Karno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam struktur modal nasional. Modal nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia. Dikalangan pengusaha saat itu, struktur modal itu diberi kode nama ‘Dana Revolusi Soekarno”. Akhirnya, empat puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina, dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang merupakan sebuah struktur modal nasional yang digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya adalah yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.
Sayangnya, akselarasi politik dalam negeri tahun 60-an memecah bangsa ini menjadi 2 kubu; pro Soekarno dan kontra Soekarno. Hingga akhirnya 1967 Soekarno harus rela digulingkan dari tampuk kekuasaan oleh bangsanya sendiri. Bung Karno, seorang pemimpin yang ingin menjadikan bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Bung Karno, bangsa ini sepenuhnya telah diambil alih oleh modal asing dibantu anak-anak bangsa, tak ada lagi kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.
Bacalah! Sudah berapa lama bangsa ini kembali terjajah oleh raja bangsa-bangsa.
Bacalah! Sudah berapa jiwa terkorbankan sebagai tumbal demi memuaskan ketamakan pemimpin zalim.
Bacalah! Dengan mata, telinga, dan pikiran. Kini sudah waktunya bagi kita untuk memperjuangkan kembali cita-cita Founding Fathers bangsa ini.
Bagaimana caranya?
Bangsa ini mempunyai dasar negara yang luar biasa, dasar negara yang telah dikodifikasikan oleh para pendahulu kita, kita menyebutnya 'Pancasila', yang kini sudah mulai terbenam dalam kebobrokan mental pemimpin zalim. Kita harus bersatu padu kembali menjadikan Pancasila menjadi karakter bangsa, karena Pancasila merupakan bagian dari karakter Tuhan Yang Maha Esa. Kini ada satu organisasi kemasyarakatan yang tengah memperjuangkan kembalinya Pancasila menjadi dasar negara secara nyata, bahkan organisasi itu berani menafsirkan butir-butir Pancasila secara gamblang. Bangkitlah wahai saudaraku, jadilah matahari dunia, mercusuar dunia, rahmat semesta alam, mari bekerjasama dalam Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk mewujudkan cita-cita dari Putra Sang Fajar.
LINK
Bung Karno dan Pancasila
38 Penafsiran butir-butir Pancasila oleh Gafatar
0 komentar:
Posting Komentar
* Titip iklan akan dihapus.
* Anonymous diperbolehkan.
* Berkomentarlah dengan bahasa santun dan jelas.
* Pertanyaan privat bisa melalui 'Form Kontak'.
Klik emoticon, copy dan paste kode emoticon kedalam form komentar.