Mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Allah. Keyakinan itu didasarkan dari dalil Al-Qur'an berikut:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi (khataman nabiyyin). Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs. Al Ahzab (33)/40)
Ayat ini dianggap sebuah nash (lafaz yang tidak mungkin mengandung pengertian lain) bahwa sudah tidak ada lagi nabi setelahnya. Apakah kebenaran ini sudah kebenaran mutlak?
Tradisi Arab Jahiliyah melarang seseorang menikahi janda bekas menantunya sendiri, meskipun dari anak angkat, karena masa itu kedudukan anak angkat dianggap sama derajatnya dengan anak kandung. Untuk menentang tradisi Arab Jahiliyah tersebut, Nabi Muhammad menikahi Hadhrat Siti Zainab binti Jahsyi yang merupakan janda dari Zaid bin Haristsah (anak angkat Nabi Muhammad). Surah Al Ahzab ayat 40 merupakan ayat pembelaan dari Allah terhadap Nabi Muhammad atas fitnah dari orang Arab Quraisy.
Dari segi bahasa, khatam dapat berarti cincin, perhiasan, segel, yang membenarkan, paling afdhal/sempurna, paling mulia, terbaik, dan berkaitan dengan pujian ketika dikaitkan dengan kata jamak. Jika kita perhatikan, kata khatam dalam ayat ini dikaitkan dengan kata jamak (nabiyyin [nabi-nabi], itu berarti seharusnya khataman nabiyyin artinya adalah nabi paling afdhal/sempurna. Sedangkan yang berarti sebagai penutup adalah khatim.
Khatam yang diyakini berarti penutup atau terakhir sebenarnya baru muncul pada abad pertengahan, di mana para ulama Medieval mulai mengartikan khataman nabiyyin sebagai penutup nabi-nabi dan merupakan nabi terakhir. Bahkan pada tahun 1987 di Afrika, mereka mempengaruhi pemerintah melalui departemen wakaf untuk mengubah kata dalam Al Qur'an yang diterbitkannya, dari khatam menjadi khatim. Hal itu menunjukkan bahwa ada usaha untuk melencengkan suatu kebenaran.
Propaganda para ulama Medieval lainnya adalah, bahwa Nabi Isa diangkat kelangit oleh Allah dan akan diturunkan kembali di akhir jaman. Kini propaganda itu kembali dicanangkan dan sukses tumbuh subur di masyarakat Indonesia yang sangat plural dan bertoleransi tinggi.
Ada beberapa penguat yang dapat kita jadikan patokan untuk mencari kebenaran dari uraian di atas, diantaranya:
Rasulullah berkata kepada Umar: "Tentramkanlah hatimu hai Umar, sesunguhnya engkau adalah khatamul Muhajjirin (sahabat yang mengikuti pindah ke Medinah yang paling afdhal/sempurna) di dalam kepindahan ini, seperti aku khataman nabiyyin dalam kenabian." (Kanzul Umal)
Rasulullah bersabda kepada Hadhrat Ali: "Aku adalah khataman nabi-nabi dan engkau wahai Ali adalah khataman Wali-wali (khataman auliya)." (Al Tuhfatus-Sunniyya, hal. 45)
Jika khataman nabiyyin adalah penutup nabi-nabi dan tak ada lagi nabi lagi setelahnya, maka, khataman auliya seharusnya penutup wali-wali dan tidak ada lagi wali setelahnya.
Siti Aisyah bersabda: "Hai orang-orang, kalian boleh mengatakan khatamal nabiyyin, tapi jangan mengatakan setelah beliau tidak ada lagi nabi." (Tafsir Darul Mantsur Imam As Suyuthi, Jld V, hal.204)
Hanya waktu yang akan menjawab.
0 komentar:
Posting Komentar
* Titip iklan akan dihapus.
* Anonymous diperbolehkan.
* Berkomentarlah dengan bahasa santun dan jelas.
* Pertanyaan privat bisa melalui 'Form Kontak'.